Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja Di Kota Bengkulu

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja Di Kota Bengkulu

ABSTRAK

               Pada zaman sekarang sering kali kita melihat berita-berita di televisi dan surat kabar, banyak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja seperti perkelahian, miras, pemerkosaan, narkoba dan kenakalan-kenakalan yang lain. Namun pernahkah disadari bahwa kenakalan-kenakalan yang ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu sendiri, akan tetapi merupakan tanggung jawab orang- orang di sekitar mereka. Ada beberapa faktor yang menjadi pencetus kenakalan remaja, seperti dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan dari sekolah.
              Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di kota bengkulu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja, orang tua, dan tokoh masyarakat di kota bengkulu, dan objek penelitiannya adalah faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di kota bengkulu. Peneliti mengembangkan instrument penelitian berdasarkan variabel faktor-faktor kenakalan remaja menurut Willis, bahwa kenakalan remaja itu disebabkan oleh empat faktor yaitu; faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri, faktor-faktor di rumah tangga, faktor-faktor di masyarakat, dan faktor-faktor yang berasal dari sekolah.
              Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang paling dominan di kota bengkulu adalah faktor-faktor dari dalam diri anak sendiri, yaitu lemahnya pertahanan diri pada remaja, dan adanya pengaruh dari teman bermain atau sebaya. Para remaja lebih banyak meluangkan waktu bersama teman-temanya daripada di rumah bersama keluargannya.

PENDAHULUAN

            Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu membutuhkan orang lain, dan tidak ada manusia yang berdiri sendiri tanpa peran orang lain. Seperti pada saat seseorang lahir pasti seseorang itu membutuhkan peran orang lain dalam hal ini bisa dokter atau bidan agar sang anak dan ibu bisa selamat. Oleh karena itu, manusia diharuskan dapat berinteraksi dengan yang lain. Menurut Soerjono Soekanto (1987:51) Interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang- orang perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Soerjono Soekanto (1987:51), interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.
           Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi. Pada masa remaja, interaksi sosial memiliki peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman-teman sebayanya dan juga masyarakat sekitar. Remaja yang sering berinterakasi dengan teman-temannya sangat merasakan kehadiran kelompoknya, sehingga tingkah laku kelompoknya akan sangat berarti bagi dirinya. Selain itu remaja tidak terlalu membatasi tingkah laku dengan aturan norma yang ada di masyarakat pada umumnya.
            Mereka kurang mempertimbangkan konsekuensinya, tetapi mereka akan tunduk pada aturan yang ada pada kelompoknya. Akibatnya norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat sudah tidak terlalu ditaati lagi. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia sudah harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, sering menyebabkan perilaku-perilaku yang aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan (Sarwono, 2012:72). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang.
             Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Masalah sosial yang sering terjadi dalam masyarakat saat ini salah satunya adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja yang biasa disebut dengan istilah delinquency. Menurut Warsito (1991:25), kenakalam remaja merupakan suatu pelanggaran batas-batas konsep nilai dan norma-norma kewajaran yang berlaku dalam masyarakat, yang berarti dapat menyimpang, bertentangan, bahkan merusak norma-norma. Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasakan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota-kota besar. Akhir- akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki kembali.
              Pada zaman sekarang sering kali kita melihat berita- berita di televisi dan surat kabar, banyak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja seperti perkelahian, aborsi, miras, pemerkosaan, narkoba dan kenakalan- kenakalan yang lain. Kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba dapat dipidana penjara sesuai dengan bunyi Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Pasal 116 (1) “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar)”. Walaupun berakibat hukum, pada kenyataannya remaja zaman sekarang masih berbuat menyimpang, dan kenakalan remaja di Indonesia semakin meningkat. Remaja tersebut berbuat kenakalan tanpa memikirkan akibatnya. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran mengatakan bahwa terjadi peningkatan kenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2022. Total kasus kenakalan remaja yang terjadi selama 2022 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2021 hanya 30 kasus (http://news.detik.com). Situs pada badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberitakan bahwa dari 2.4 juta kasus aborsi, 700.000 hingga 800.000 pelakunya adalah remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) juga menemukan bahwa jumlah pengguna narkoba sebesar 1.5% dari populasi remaja Indonesia yang mencapai 30% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3.2 juta orang (http://ntb.bkkbn.go.id).
         Kenakalan- kenakalan remaja saat ini semakin meningkat dan semakin beragam, namun pernahkah disadari bahwa kenakalan-kenakalan yang ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu sendiri, akan tetapi merupakan tanggung jawab orang-orang di sekitar mereka. Berdasarkan keterangan sementara masyarakat di kota bengkulu kepada penulis, ada beberapa kenakalan yang dilakukan oleh ramaja di kota bengkulu. Kenakalan- kenakalan itu antara lain bolos sekolah, mabuk- mabukan dengan teman bermain, pencurian, balapan liar pada saat malam minggu, dan ada beberapa remaja putri yang melakukan seks bebas sampai menyebabkan kehamilan, dan karena kehamilannya remaja tersebut dikeluarkan dari sekolah dan menikah pada usia dini. Banyak faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja. Menurut Willis (2005: 93) kenakalan remaja disebabkan oleh empat faktor yaitu ; faktor yang ada dalam diri anak sendiri, faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan yang terakhir yaitu faktor yang bersumber dari sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mencoba melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Kota Bengkulu”

KAJIAN PUSTAKA

             Menurut Hall (Sarlito, 1989: 24), Masa remaja dengan usia 12-25 tahun, yaitu masa topan badai (strum and drag), yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Willis (2012:90) berpendapat “kenakalan remaja ialah tindak perbuatan sebagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama, dan norma- norma masyarakat, sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya sendiri”. Willis (2012:93) mengungkapkan bahwa kenakalan remaja itu disebabkan oleh empat faktor yaitu : faktor- faktor di dalam diri anak itu sendiri, faktor-faktor di rumah tangga itu sendiri, faktor-faktor di masyarakat, dan faktor-faktor yang berasal dari sekolah. Selengkapnya diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri
1. Predisposing faktor merupakan faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap perilaku remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau kejadian- kejadian ketika kelahiran bayi, yang disebut birth injury, yaitu luka di kepala ketika bayi ditarik dari perut ibu. Predisposing faktor yang lain berupa kelainan kejiwaan seperti schizophrenia. Penyakit ini dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang keras ataupun penuh dengan tekanan.
2. Lemahnya Pertahanan Diri Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.
b. Faktor-faktor di rumah tangga
1. Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua Karena kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua, maka yang amat dibutuhkannya itu terpaksa dicari di luar rumah, seperti di dalam kelompok kawan- kawannya
2. Lemahnya keadaan ekonomi orang tua menyebabkan tidak mampu mencukupi kebutuhan anak- anaknya Terutama sekali pada masa remaja yang penuh dengan keinginan- keinginan dan cita-cita. Para remaja menginginkan berbagai mode pakaian, kendaraan, hiburan dan sebagainya. Keinginan- keinginan tersebut disebabkan oleh majunya industri dan teknologi yang hasilnya telah menjalar sampai ke desa-desa yang dulunya tertutup dalam arti belum lancarnya transportasi dan komunikasi, menyebabkan meningkatnya kebutuhan rakyat kota. Rakyat kota juga sudah diwarnai oleh kehidupan materialis pengaruh kebudayaan Barat.

3. Kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Sebuah keluarga dikatakan harmonis apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi diantara anggota keluarga berjalan dengan baik, artinya hubungan psikologis diantara mereka cukup memuaskan dirasakan oleh setiap anggota keluarga.

c. Faktor- faktor di masyarakat

1. Kurang Pelaksanaan Ajaran- Ajaran Agama secara Konsekuen. Masyarakat dapat pula menjadi penyebab            kenakalan remaja, terutama sekali di lingkungan masyarakat yang kurang sekali melaksanakan ajaran- ajaran agama yang dianutnya.

2. Pengaruh Norma Baru Dari Luar. Kebanyakan orang beranggapan setiap norma yang berasal dari luar itu memiliki pengaruh yang baik. Misalnya melalui televisi, film, pergaulan sosial, model pakaian dan sebagainya. Para remaja masa kini dengan cepat mengikuti norma yang berasal dari Barat contohnya pergaulan bebas.
d. Faktor-faktor yang berasal dari sekolah
1. Faktor Guru. Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru   yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Apabila menemui kesulitan tidak akan mudah mengeluh, berbeda dengan guru yang tidak punya dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, ia mengajar dengan paksaan karena tidak ada pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya.
2. Faktor Fasilitas Pendidikan. Kurangnya fasilitas sekolah menyebabkan murid tidak bisa menyalurkan bakatnya. Misalnya tidak ada lapangan basket, akibatnya anak yang tidak bisa menyalurkan bakat melalui basket, mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif.
3. Kekurangan Guru. Apabila sebuah sekolah kekurangan guru, maka akan terjadi kemungkinan, misalnya penggabungan kelas-kelas oleh seorang tenaga guru, guru mengajar tidak sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja, orang tua, dan tokoh masyarakat di kota bengkulu, dan obyeknya faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di kota bengkulu. Instrumen penelitian, peneliti menggunakan sub variable faktor-faktor kenakalan remaja menurut Willis, bahwa kenakalan remaja itu disebabkan oleh empat faktor yaitu; faktor- faktor di dalam diri anak itu sendiri, faktor-faktor di rumah tangga, faktor-faktor di masyarakat, dan faktor-faktor yang berasal dari sekolah. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara. Remaja dan orang tua sebagai respondennya. Teknik analisis data menggunakan langkah- langkah pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adanya kenakalan remaja bukan berarti tanpa sebab, kenakalan-kenakalan tersebut timbul karena adanya faktor- faktor yang mendasarinya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja. Faktor-faktor itu berasal dari faktor diri sendiri, rumah tangga/keluarga, masyarakat, dan juga sekolah. Pada zaman sekarang sering kali kita melihat berita-berita di televisi dan surat kabar, banyak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja seperti perkelahian, aborsi, miras, pemerkosaan, narkoba dan kenakalan- kenakalan yang lain. Kenakalan- kenakalan tersebut terjadi di berbagai daerah baik di desa maupun di kota. Di antara desa satu dengan desa yang lainnya pun memiliki faktor penyebab kenakalan yang berbeda. Di Kota Bengkulu sendiri faktor yang paling dominan dari penyebab kenakalan remaja yaitu faktor dalam diri remaja, faktor yang berasal dari teman sebaya di lingkungan masyarakat, dan faktor teman di sekolah. Faktor dalam diri remaja itu sendiri antara lain lemahnya pertahanan diri pada remaja. Lemahnya pertahanan diri adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa bujukan seperti pecandu narkoba, minuman keras, merokok sering kali remaja tidak bisa menghindar dan terpengaruh ajakan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden penelitian remaja dalam melakukan minum- minuman keras tidak sendirian, tetapi bersama-sama dengan teman sebaya atau teman bermain. Remaja tersebut menghabiskan banyak waktu dengan teman- temannya daripada berkumpul dengan keluarga di rumah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada orang tua responden yang menyatakan bahwa anaknya hampir setiap malam keluar rumah, berkumpul dengan temannya, dan pulang sudah larut malam, saat orang tua telah beristirahat.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa faktor- faktor penyebab kenakalan remaja yang dominan di Kota Bengkulu adalah: 1. Faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri yaitu, lemahnya pertahanan diri pada remaja itu sendiri karena masih terpengaruh oleh ajakan teman yang tidak baik. 2. Faktor yang kedua adalah teman sebaya di lingkungan masyarakat atau teman bermain. Remaja dikota bengkulu lebih suka berkumpul dengan teman- teman bermain, dan sebagian waktunya dihabiskan untuk berkumpul dengan temannya dari pada dengan keluargannya di rumah. Temannya tersebut tidak semuanya berkelakuan baik, ada yang suka minum- minuman keras merokok, seks bebas. Dan remaja yang lemah keimanan dan pertahanan dirinya akan ikut- ikutan dengan sikap teman sebaya yang menyimpang. 3. Faktor- faktor yang berasal di sekolah, disebabkan oleh teman di sekolah beberapa anak ada yang suka bolos sekolah, bolos ekstrakurikuler dan juga merokok di kantin saat jam istirahat. Kondisi seperti itu dapat berpengaruh pada anak-anak yang lain. Anak yang tadinya baik menjadi nakal karena dipengaruhi oleh temannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito. (2012). Psikilogi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
Soekanto, Soerjono. (1989). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Walgito, Bimo. (1998). Mencegah Kenakalan Remaja. Yogyakarta: BPK Mulia.
Walgito, Bimo. (1982). Kenakalan Anak. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Warsito. (1991). Kenakalan Remaja. Yogyakarta: Grafindo Persada.
Willis, Sofyan. (2012). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang No 35 Tahun 2009.
Sumber : Suci Hasdianti | email: sucihastianti@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *