Poto: Festivasl Tabot di Bengkulu
Lintas Sriwijaya – Bengkulu, salah satu provinsi di Indonesia, kaya akan warisan budaya yang beragam. Di antara tradisi-tradisi yang berakar kuat di masyarakat Bengkulu, terdapat sebuah perayaan yang disebut Tabot.
Tabot adalah festival tahunan yang memiliki nilai sejarah dan religius yang tinggi bagi masyarakat Bengkulu.
Dalam artikel ini, kita akan mengungkap sejarah Tabot di Bengkulu dan bagaimana tradisi ini mampu bertahan dan berkembang selama berabad-abad.
Baca Juga:Â Sejarah Provinsi Bengkulu: Jejak Perjalanan yang Panjang
1. Asal Usul Tabot
Tabot memiliki hubungan yang erat dengan agama Islam. Tradisi ini berasal dari peringatan Asyura, yang merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Pada tanggal 10 Muharram, umat Muslim memperingati martir Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, yang gugur dalam Pertempuran Karbala pada tahun 680 M. Peringatan ini berfungsi sebagai pengingat akan pengorbanan dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan.
2. Penyebaran ke Bengkulu
Tradisi Tabot masuk ke Bengkulu melalui pengaruh Kesultanan Palembang dan Kesultanan Banten pada abad ke-17. Pada masa itu, Bengkulu menjadi pusat perdagangan yang penting di Pulau Sumatera. Melalui hubungan dagang dan perkawinan antarbangsawan, tradisi Tabot diadopsi oleh masyarakat Bengkulu.
Baca Juga:Â Mengenal Sejarah Kota Palembang: Jejak Sebuah Kota Bernilai Sejarah
3. Perkembangan Tradisi
Seiring berjalannya waktu, Tabot berkembang menjadi tradisi yang unik di Bengkulu. Tabot merupakan replika makam Husain bin Ali yang terbuat dari kayu atau anyaman bambu. Replika ini didekorasi dengan warna-warni yang cerah, kain, dan hiasan-hiasan lainnya.
Setiap tahun, pada tanggal 10 Muharram, Tabot-tabot ini diarak keliling kota Bengkulu oleh para pemuda dengan diiringi tarian, musik, dan nyanyian. Perayaan ini melibatkan seluruh komunitas, termasuk pemuka agama dan masyarakat umum.
4. Makna dan Simbolisme
Tabot bukan hanya merupakan perayaan yang menghibur, tetapi juga memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Bengkulu. Replika-replika ini melambangkan kehadiran Husain bin Ali yang dianggap sebagai simbol perjuangan dan keberanian dalam mempertahankan kebenaran.
Baca Juga:Â 6 Fakta Sejarah Kabupaten Lahat Provinsi Sumsel
Tabot juga merupakan lambang persatuan dan kebersamaan masyarakat Bengkulu, di mana semua golongan dan suku etnis dapat ikut serta dalam perayaan ini tanpa memandang perbedaan sosial atau budaya.
5. Pelestarian dan Perkembangan
Meskipun menghadapi berbagai perubahan zaman dan tantangan, tradisi Tabot tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Bengkulu. Pemerintah setempat dan berbagai organisasi budaya turut berperan dalam mempromosikan dan memelihara tradisi ini.
Tabot juga semakin dikenal secara nasional maupun internasional sebagai warisan budaya yang berharga.
Baca Juga:Â Ternyata Seperti Ini Sejarah Lahirnya Pancasila yang Jatuh Pada Tanggal 1 Juni
Artinya, tabot di Bengkulu adalah perayaan tahunan yang memiliki akar sejarah yang dalam dan nilai religius yang kuat.
Melalui tradisi ini, masyarakat Bengkulu mengenang pengorbanan dan ketabahan Husain bin Ali dalam mempertahankan kebenaran. Tabot juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam masyarakat Bengkulu.
Dengan upaya pelestarian dan pengembangan yang dilakukan, tradisi Tabot terus hidup dan menjadi salah satu warisan budaya yang berharga bagi Indonesia. (*).