Poto: Festival Tabuik di Padang Sumatera Barat
Lintas Sriwijaya – Tak hanya di Provinsi Bengkulu, festival tabot juga ada di Padang Sumatera Barat, Indonesia. Adapun nama festival tabot di Padang yakni dengan sebutan “Tabuik”
Tabuik merupakan sebuah tradisi unik yang berhubungan dengan perayaan hari Asyura oleh masyarakat Muslim di Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Perayaan ini menggambarkan peristiwa Tragedi Karbala yang terjadi pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam, ketika cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Imam Husain bin Ali, beserta keluarga dan pengikutnya, gugur sebagai syuhada dalam pertempuran melawan pasukan Yazid di Karbala, Irak, pada tahun 680 Masehi.
Baca Juga:Â Festival Taboot India, Hari Ashura Mengenang Tragedi Karbala
Sejarah Tabuik berakar dari peristiwa yang memilukan ini dan merupakan warisan budaya yang telah dilakukan oleh masyarakat Padang selama berabad-abad.
Cerita tentang tragedi Karbala ini menjadi landasan bagi Tabuik dan menjadi simbol kesetiaan dan perjuangan melawan ketidakadilan dan tirani.
Pada perayaan Tabuik, masyarakat Padang akan membangun dua replika menara yang disebut “Tabuik”.
Menara ini umumnya terbuat dari bambu dan rotan serta dihiasi dengan berbagai kain dan hiasan lainnya. Tabuik memiliki bentuk yang unik, mirip dengan bentuk keris atau pedang.
Pada tanggal 10 Muharram, tabuik akan diarak oleh warga Padang menuju pantai untuk melakukan upacara pemakaman simbolis atas Imam Husain dan pengikutnya. Prosesi ini diiringi oleh musik dan tarian khas daerah, serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Setelah prosesi, Tabuik akan dibawa ke pantai untuk diarak dan kemudian “dikuburkan” di laut sebagai penghormatan terakhir atas para syuhada. Tradisi ini mencerminkan kesedihan dan simpati masyarakat Padang atas peristiwa yang memilukan dalam sejarah Islam.
Sebagai warisan budaya dan tradisi yang berusia lama, Tabuik terus menjadi perayaan yang penting bagi masyarakat Padang dan sekitarnya.
Setiap tahun, ribuan orang datang untuk menyaksikan dan mengambil bagian dalam perayaan ini, yang telah menjadi bagian integral dari identitas budaya mereka. (*).