Perjuangan PLTMH Endikat Terangi Desa-Desa di Lahat, Harapan Baru di Tengah Kegelapan

Perjuangan PLTMH Endikat Terangi Desa-Desa di Lahat, Harapan Baru di Tengah Kegelapan

Perjuangan PLTMH Endikat Terangi Desa-Desa di Lahat, Harapan Baru di Tengah Kegelapan. (Poto: ist/ist)

PAGAR ALAM, LINTASSRIWIJAYA.COM – Di tengah kabut malam yang merayap lembut dan kegelapan yang meliputi hampir seluruh wilayah Sumatera Selatan akibat blackout, dua tempat bersebelahan, yakni Kota Pagar Alam dan Desa Singapura di Kabupaten Lahat, masih bersinar terang.

Cahaya lampu-lampu di sana bukan hanya penanda kehidupan, tetapi juga simbol harapan yang tak pernah padam.

Baca Juga: Pakai Sepeda Motor Honda Beat Lancarkan Aksi, Pencuri Plat Besi Baja di PLTU OKU Ditangkap Polisi

Baca Juga: Air Sungai Pait Tercemar Limbah PT BPI, Warga Desa Gunung Kembang Merapi Timur Kesulitan Cari Air Bersih

Perjalanan menuju Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Endikat memakan waktu lebih dari 10 jam dari Palembang. Mobil melewati jalan berliku, melintasi perkampungan dengan rumah-rumah kayu tradisional yang indah.

Di sepanjang perjalanan, alam berbisik lembut, seolah mengajak kita merasakan kedamaian yang mengalir di setiap inci tanah ini.

Ketika tiba di lokasi, pemandangan alam yang terpampang bak lukisan indah. Aliran air jernih mengalir di antara bebatuan besar, sementara turbin-turbin berputar lembut, menciptakan harmoni antara teknologi dan alam. Seorang jurnalis yang berkunjung merasa seolah berada di dunia lain. “Aku pertama kali keliling lokasi ini, merasa seperti bukan di daerah kita,” ungkap Nila, seorang jurnalis, menggambarkan kekagumannya.

Baca Juga: Alasan Beli Obat, Dua Pemuda Bawa Kabur Sepeda Motor Korban Berakhir di Penjara

Baca Juga: Polres Muara Enim Amankan 30 Orang Pelaku Tambang Ilegal dan 7 Unit Alat Berat Excavator Beserta Barang Bukti Lainnya

Muslimah, seorang ibu berusia 60 tahun, mengisahkan kehidupan sebelum PLTMH hadir. “Dulu, pemadaman listrik adalah hal biasa, kadang sampai 24 jam,” kenangnya. Namun, sejak PLTMH Endikat beroperasi, hidup mereka berubah. “Kini, listrik menyala terus. Kami tak lagi terjebak dalam kegelapan,” ujar Muslimah penuh semangat.

Keberadaan PLTMH ini bukan hanya soal aliran listrik, melainkan simbol harapan dan perubahan. Saat jaringan listrik di sekeliling mereka runtuh, warga Singapura dan Pagar Alam tetap menikmati cahaya hangat berkat aliran air dari hulu sungai yang mereka jaga dengan penuh kasih.

PLTMH Endikat tidak hanya memberi cahaya, tetapi juga kehidupan baru bagi masyarakat. Di desa-desa sekitarnya, listrik yang menyala menjadi simbol masa depan cerah, menyatukan setiap keluarga dalam kedamaian dan kenyamanan.

Beroperasinya PLTMH Endikat, yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Singapura, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat, dimulai dengan penandatanganan kontrak perjanjian jual beli listrik (PPA) antara PT PLN (Persero) dan pengembang energi baru terbarukan di Regional Sumatera dengan kapasitas total 115,6 megawatt (MW). Nota kesepahaman ini ditandatangani di Jakarta pada Senin (30/5/2016), langkah penting untuk mencapai target transisi energi berkelanjutan sebesar 25 persen pada tahun 2025.

Selain Sumatera Selatan, beberapa provinsi lain seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung juga masuk dalam perjanjian PPA dengan PT PLN.

Team Leader Pelayanan Administrasi ULP PLN Kota Pagar Alam, Wella Datika, mengungkapkan bahwa sejak pasokan listrik beralih dari pembangkit batu bara (PLTU) ke PLTMH, layanan kepada pelanggan semakin optimal. “Sekarang tidak ada lagi pemadaman bergilir, kecuali saat pemeliharaan jaringan, itu pun tidak terjadi serentak pada semua pelanggan,” katanya saat ditemui di Kantor PLN Pagar Alam, Kamis (19/10/2024).

PLTMH Endikat berlokasi di DAS Endikat, milik PT Green Lahat, dan merupakan bagian dari Independent Power Producer (IPP). Beroperasi sejak 2015, pembangkit ini tidak jauh dari kawasan Bukit Barisan Sumatera, tepatnya di Bukit Jambul Gunung Patah, Desa Singapura, Kota Agung, Kabupaten Lahat.

Kepala Desa Singapura, Arsito, menyebutkan bahwa pembangkit ini berjarak sekitar 300-400 meter dari hutan lindung di kawasan tersebut. “Area pembangkit tidak masuk hutan lindung, tapi memang dekat,” jelasnya. Meskipun Desa Singapura berada di Kabupaten Lahat, perbatasannya langsung dengan Desa Bandar di Kota Pagar Alam, sehingga kondisi pasokan listrik di sana serupa dengan kawasan Lembah Dempo, Pagar Alam.

Baca Juga: Puting Beliung Terjang Muara Enim, Ratusan Pohon Tumbang, Akses Jalan Terputus dan Listrik Padam

Baca Juga: Dianggap Tak Mampu Atasi Permasalahan Listrik, Ratusan Masyarakat Gruduk Kantor PLN Tebing Tinggi Empat Lawang

Selain Desa Singapura, lima desa lain di Kecamatan Kota Agung juga menerima pasokan listrik dari PLTMH Endikat, yaitu Desa Bangke, Desa Tebat Langsat, Desa Gunung Liwat, Desa Kebun Jati, dan Desa Tanjung Raman. Listrik kini menyala 24 jam di seluruh desa tersebut.

PLTMH Endikat memiliki DAS seluas 284,32 km² dengan panjang sungai 41 km, curah hujan tahunan rata-rata 222,17 mm, dan debit air rata-rata 13.217 meter kubik per detik dengan head netto sebesar 89,21 meter.

Menurut Humas PT Green Lahat, Victor Rogo, perusahaan mengoperasikan dua PLTMH di DAS Endikat: PLTMH I dan PLTMH II. PLTMH I, berkapasitas 10 MW, telah lebih dulu beroperasi, dengan distribusi listrik 70 persen (7 MW) ke Kota Pagar Alam dan sisanya ke Kabupaten Lahat. Sementara itu, PLTMH II yang mulai dibangun pada 2022 memiliki kapasitas 8 MW dan khusus menyuplai listrik ke Kabupaten Lahat.

Victor menjelaskan, produksi listrik di PLTMH Endikat sangat bergantung pada debit air, namun selama ini debit air stabil. Perusahaan juga memperhatikan aspek lingkungan dalam setiap tahap operasional untuk menghindari dampak negatif. “Setiap pohon yang terpaksa ditebang, langsung kami ganti dengan penanaman pohon baru sebagai upaya menjaga lingkungan,” tegasnya.

Selain itu, perusahaan juga merekrut warga desa sekitar untuk bekerja di PLTMH Endikat. “Termasuk saya sendiri,” tambah Victor. ***

Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Rumah Warga di Purwodadi Terbakar, Kerugian Capai Rp 3 Juta

Baca Juga: Kantor Bupati OKU Kebakaran, Diduga Akibat Korsleting Listrik di Ruang Protokol

 

(dri/dri).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *